CelotehanAkhwat - Saudaraku. Kentut bagian dari karunia Allah. Sehari kira-kira lima belas kali kita kentut. Kalau suatu saat kita sedang bersama orang lain, usahakanlah untuk menahannya. Tapi jika tetap berbunyi, tidak apa-apa. Kita mengaku saja, dan jangan menunjuk orang lain.
Seperti contoh yang telah sering diceritakan, tentang seseorang yang buang angin di pengajian. Bukannya mengaku, tapi sambil menggeleng-gelengkan kepala dia malah menunjuk orang di dekatnya yang sedang mengantuk sebagai tersangka. Sehingga saat terbangun,orang itu mendapati banyak tatapan tajam ke arahnya. Yang menunjuk tadi belum tahu kalau masalahnya bisa jadi besar. Demi Allah perbuatan begitu ada balasannya. Makanya mengaku saja. Dengan mengaku juga tidak akan disiksa ramai-ramai di masjid.
Demikian halnya kalau giliran kita mengetahui ada yang buang angin. Husnudzan saja dia sudah berusaha menahan sekuat tenaga. Kentut bukan perkara besar. Tapi cuma soal tingkat tekanan usus yang menimbulkan bunyi. Perkara besarnya adalah bagaimana menjaga perasaan dia, dan apa hikmahnya bagi kita.
Sebelumnya saya mohon maaf menceritakan ini. Bahwa suatu saat,saya ditakdirkan berada di sebuah museum di Korea. Ketika itu di depan kami ada ibu-ibu orang sana. Lalu tiba-tiba si ibu kentut, tapi dia terus saja asyik mengobrol bersama temannya. Seolah di belakangnya tidak ada kami.
Ingin rasanya memberi tahu kalau di belakangnya ada orang, tapi saya tidak mengerti bahasa Korea. Lagi pulaperistiwanya juga sudah terjadi. Ya sudah, kami tinggal pergi saja. Memang sudah rezeki saya yang jauh-jauh datang dari Indonesia. Pasti ada hikmahnya.
Sebagaimana jika suatu waktu kita baru masuk atau sedang berada di dalam lift, lalu tercium bau menusuk dan menyesakkan. Maka tetap tenang dan tahan saja nafas kita. Tidak usah gaduh ingin segera keluar di lantai berapa saja. Walau baunya bakal awet, tapi tidak setiap hari juga kita akan mendapat momen seperti ini.
Saudara jangan ketawa atau menganggap remeh. Apa saudara pikir terjebak dalam situasi mencekam begitu hanyalah kebetulan? Tidak. Semuanya sudah diatur oleh Allah. Pertama, mengingatkan seandai kita juga sering buang angin seperti itu. Kedua, supaya tidak berbuat hal yang sama. Dan ketiga, belajar menahan diri agar tidak mudah mengutuk orang.
Jadi, kentut ini adalah sesuatu yang halus yang menyangkut hati terdalam. Di samping menahan nafas di tempat kejadian perkara, kita juga harus menjaga hati. Jangan sampai, misalnya, di dalam lift tadi semuanya diam. Tapi dalam diam itu kompak berdoa, “Ya Allah, tidak ada yang mengaku, tapi Engkau pasti tahu siapa terdakwanya, buatlah dia mules seumur hidup.” Jangan saudaraku. Berdoalah yang baik.
Kita harus berbuat baik. Kebaikan yang kita upayakan jangan hanya di luar, tapi juga di dalam hati. Peristiwa kentut itu mirip dengan saat kita disakiti seseorang. Allah mengetahui hati kita sakit, dan Allah juga mengetahui apa pun isi hati kita ketika itu. Seperti ada yang ingin balas dendam, mengutuk, atau mungkin berdoa,”Ya Allah, saya disakiti orang, saya tidak rela ya Allah, hancurkanlah hidupnya beserta keluarganya.”
Mengapa sampai begitu? Mengapa tidak kita doakan kebaikan? Doakanlah supaya dia bertobat, sehingga tidak ada lagi yang disakiti. Walaupun misalnya kita tersakiti karena ditipu oleh dia. Bahwa harus ada tindakan itu benar. Tapi dalam tindakan dan doa, hati kita harus tetap menginginkan kebaikan bagi semuanya.
Baik perbuatan orang yang menyakiti maupun lintasan hati kita yang disakiti, semuanya diketahui oleh Allah dan ada catatannya di sisi-Nya. Karena itu,tahan dan kendalikanlah rasa sakit dan jengkel di hati, sebagaimana kita menahan diri saat berada di TKP buang angin tadi. Kita belajar dari kentut supaya semuanya tetap menjadi kebaikan.
sumber : mozaik.inilah
loading...
Pelajaran Kebaikan Yang Diambil Dari Kentut??
4/
5
Oleh
asckha